Profil Madrasah
MTs Salafiyah Mojogeneng
Madarasah Tsanawiyah Salafiyah telah berdiri lebih dari lima dekade di lingkungan Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah, tepatnya sejak tahun 1959. MTs Salafiyah yang didirikan oleh Al-Maghfur Lah Romo K.H. Yahdi Mathlab ini merupakan unit pendidikan formal setingkat SMP yang menerapkan kurikulum nasional Kementerian Agama dan kurikulum mandiri pengayaan pemahaman kitab kuning. Dengan demikian, sepanjang sejarahnya, MTs Salafiyah telah dipercaya oleh masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang menjadi tempat mengasah diri bagi calon generasi yang unggul dalam ilmu diniyah melalui pembelajaran kitab-kitab salaf. Meski demikian, pembelajaran ilmu-ilmu praktis kurikulum nasional yang merupakan bekal bagi siswa untuk menjawab tantangan kehidupan bermasyarakat baik di lingkup lokal maupun global juga menjadi perhatian serius dari madrasah.
Selain kegiatan akademik intra kurikuler, MTs Salafiyah juga menyajikan program-program ekstra kurikuler meliputi Organisasi Siswa Intra Sekolah, Takrorud Durus, dan English Intensive Class. Bekal akademik dan bekal aplikatif non-akademik tentunya akan melahirkan generasi yang utuh yang akan siap terjun ke tengah masyarakat.
![](https://mojogenengmtssalafiyah.sch.id/wp-content/uploads/2022/08/logo-transparent.png)
Mewujudkan pembangunan pendidikan yang berkualitas, mandiri, demokratis, dan professional yang dilandasi dengan iman, taqwa, dan akhlaq mulia
Visi MTs Salafiyah Mojogeneng
MTs Salafiyah Dalam Perkembangannya
Periode Pertama, Tahun 1959
Setelah dibuka pendaftaran siswa baru, MTs Salafiyah berhasil menjaring sejumlah 42 anak, meliputi 15 siswa dan 27 siswi. Dengan pembinaan dan pendidikan yang ulet dan telaten di bawah pengawasan Mbah Kyai Yahdi, tercatat yang bertahan sampai akhir sejumlah 38 anak, meliputi 13 siswa dan 24 siswi.
Pada tahun selanjutnya, pendaftaran siswa baru menjaring sejumlah 63 anak. Tetap dengan pembinaan yang tekun, tercatat siswa yang bertahan sampai akhir sejumlah 50 anak.
Melihat perkembangan siswa setiap tahun yang terus meningkat, pengelola madrasah mendapati satu masalah, yakni kesulitan tempat balajar. Sebagai solusinya, diambil kebijakan memanfaatkan waktu siang untuk kelas satu. Ruang-ruang kosong termasuk surau pun dimanfaatkan dengan mengambil pola belajar ala salaf (sambil lesehan).
Pada masa ini, K.H. Yahdi Mathlab selaku pendiri madrasah memegang peranan penting untuk menjadikan pendidikan kitab salaf/kitab kuning sebagai orientasi utama madrasah dengan tetap memberikan perhatian kepada pendidikan umum. Inilah yang sampai saat ini menjadi ciri khas MTs Salafiyah Mojogeneng.
Periode Kedua, Tahun 1967
Pada periode kedua ini, MTs Salafiyah mulai tertata rapi dan lebih tertib bila dibandingkan dengan pada periode sebelumnya. Pada masa ini, susunan pengurus madrasah atau komite madrasah mulai dibentuk dengan Bapak H. Abdul Fatah selaku ketua dengan dibantu oleh Bapak Syuhadak sebagai wakil ketua, Bapak Ghozali sebagai sekretaris, dan Bapak Sholihin sebagai bendahara. Dengan demikian, lengkaplah sistem organisasi madrasah. Susunan pengurus harian madrasah pun diperbarui dengan mengangkat Kyai Moh. Dawam sebagai kepala madrasah dengan dibantu oleh Kyai Nur Hasan sebagai wakil kepala.
MTs Salafiyah mulai mengepakkan sayap dengan mewartakan kepada masyarakat tentang kemajuannya dan keberadaannya di bawah naungan Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah. MTs Salafiyah pun tetap konsisten untuk menjadikan pendidikan kitab salaf sebagai orientasi utama dengan tetap memberikan perhatian pada pendidikan umum. Dengan demikian, animo masyarakat semakin meningkat dan siswa MTs Salafiyah pun semakin bertambah banyak. Banyaknya siswa yang berniat mendaftar juga didukung oleh publikasi dan sosialisasi dewan guru yang berasal dari berbagai desa kepada masyarakat di desanya masing-masing. Melihat banyaknya siswa yang mendaftarkan diri di madrasah semakin banyak, Mbah Kyai Yahdi menekankan untuk menerima seluruh siswa yang mendaftar meski hanya menyediakan akomodasi seadanya, yakni dengan belajar secara lesehan.
Periode Ketiga, 1972
Pada periode ini pengurus harian madrasah mengalami pembaruan lagi dan diikuti dengan perekrutan kader-kader baru sebagai tenaga pendidik. Dalam hal ini, bapak Moh. Rubaqin dari Dusun ngrambut Desa Padangasri diangkat sebagai kepala madrasah dengan dibantu oleh Kyai Nur Hasan sebagai wakil kepala. Adapun dewan guru pada periode ini diantaranya Bapak H. Dimyathi sebagi guru dinas dari Mojogeneng, Bapak Shodiq sebagaai guru swasta dari Dinoyo, Bapak Suhadi sebagai guru swasta dari Dinoyo, dan Bapak Jaelani sebagai guru swasta dari Pehngaron.
Kemajuan MTs Salafiyah bertambah pesat dengan secara istiqamah mengedepankan sistem kurikulum salaf namun tetap memberikan wawasan ilmu umum kepada siswa. Keterbatasan akomodasi tidak mengurangi minat belajar siswa. Bahkan pola belajar dengan lesehan yang ada di MTs Salafiyah dapat dinikmati siswa dan merupakan ciri khas santri salaf. MTs Salafiyah pun semakin dikenal, bahkan oleh masyarakat di luar Kabupaten Mojokerto.
Seiring dengan berdatangannya banyak santri baik dari wilayah Mojokerto maupun daerah-daerah lain di luar Mojokerto, pengelola madrasah mulai berupaya mengembangkan akomodasi madrasah. Pengelola madrasah yang baru dengan sekuat tenaga membangun lokal-lokal tambahan baik secara swadaya masyarakat Mojogeneng maupun dengan bantuan para orang tua siswa. Akhirnya, empat lokal baru berdiri tegak dan dapat dinikmati oleh para siswa hingga kini.
Periode Keempat, Tahun 1983
Perkembangan masyarakat yang mengikuti poros zaman semakin maju pesat dan sistem pendidikan pun dituntut untuk mengimbanginya. Oleh karena itu, demi merespon tuntutan tersebut, MTs Salafiyah terus berebenah dan menyempurnakan diri. Pengembangan akomodasi terus diupayakan dengan membangun lokal-lokal baru sehingga pada periode ini seluruh siswa sudah dapat tertampung di gedung milik sendiri. Pengurus harian madrasah juga mengalami reformasi dengan diangkatnya Kyai Nur hasan sebagi kepala madrasah, K.H. Dimyathi sebagi wakil kepala, dan dibantu oleh guru-guru yang bersal dari berbagai desa. Yang menjadi tonggak penting dalam periode ini adalah didaftarkannya MTs Salafiyah Mojogeneng ke Departemen agama. Dengan demikian, mulai saat inilah MTs Salafiyah selain tetap mempertahankan dengan istiqamah kurikulum salafnya juga menerapkan kurikulum pendidikan nasional.
MTs Salafiyah pada masa ini sudah berdiri sejajar dengan sekolah-sekolah yang lain. Para siswa mulai mengikuti ujian negara dan menorehkan prestasi yang baik. Tercatat angka kelulusan pertama mencapai 85 % dengan nilai-nilai yang memuaskan. Selanjutnya, dengan keikutsertaan MTs Salafiyah dala ujian negara, animo masyarakat semakin meningkat. Demi meningkatkan kualitas siswa dalam memahami pelajaran, bimbingan belajar tambahan juga diberikan kepada mereka di waktu siang.
Periode Kelima, tahun 1990
MTs Salafiyah pada masa ini sedang naik daun. Tampuk kepemimpinan dipegang oleh Gus H. Moh. Fathoni, Lc. sebagai kepala madrasah baru. Beliau orang yang sangat berkompeten dalam pengelolaan pendidikan baik secara sistem salaf maupun sistem formal. Beliau akademisi yang kenyang menikmati pendidikan ala pesantren, selain juga pernah menikmati pendidikan tinggi di luar negeri, yakni di universitas ternama di negeri Suriah. Orang tua pun semakin mantap untuk mempercayakan pendidikan bagi putra-putrinya di MTs Salafiyah Mojogeneng.
Dengan penerapan manajemen pendidikan ala salaf maupun yang mengacu pada pemerintah, siswa-siswa terus dididik dengan serius. Oleh karena itu, siswa-siswi senantiasa menunjukkan hasil terbaik dengan NEM yang sangat memuaskan pada Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional), Ebta Departemen Agama, dan Ebta Ma`arif NU. Itu semua adalah berkat doa para pendiri serta tekad dan keseriusan kepala madrasah dan segenap dewan guru untuk menunjukkan kemajuan MTs Salafiyah.
Keseriusan dalam pengelolaan pendidikan terus didtingkatkan. Hari Jumat dimanfaatkan segenap guru dan siswa untuk bimbingan belajar tambahan demi mempersiapkan diri menghadapi Ebtanas dan seleksi masuk MANPK. Upaya ini membuahkan hasil dengan diterimanya seorang lulusan MTs Salafiyah di MANPK Denanyar Jombang pada tahun ajaran 1991/1992. Keberhasilan ini diikuti dengan keberhasilan pada tahun berikutnya dengan diterimanya seorang anak di MANPK Jember, seorang anak di MANPK Paiton Probolinggo, dan seorang anak lagi MANPK Denanyar Jombang.
Selain upaya di atas, kepala madrasah juga berhasil mengirim lulusannya untuk menikmati pendidikan di perguruan tinggi berkualitas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Seorang lulusan MTs Salafiyah berhasil diterima di LPTQ Jakarta. Yang lebih menggembirakan, pada tahun ajaran 1992/1993 seorang alumni MTs Salafiyah yang bernama Moh. Ilyas diterima di salah asatu universitas ternama di Suriah. Pada tahun berikutnya, dua orang alumni yang bernama Moh. Bustomi dan Sofan Ali mengikuti jejak Moh. Ilyas.
Itulah keberhasilan demi keberhasilan yang diraih oleh MTs Salafiyah di bawah kepemimpinan Gus H. Moh. Fathoni Dimyathi, Lc. Semoga kerja keras segenap pendiri, pengelola, dan dewan guru dari awal hingga kini senantiasa diberkahi dan membawa pengaruh positif bagi kemajuan MTs Salafiyah di masa mendatang dengan tetap istiqamah terhadap tujuan mulia pendirian madrasah.
Periode Keenam, Tahun 2003
Periode ini adalah masa di saat masyarakat dihadapkan dengan arus globalisasi. Oleh karena itu, pengembangan madrasah secara komperehensif atau menyeluruh menjadi perhatian pengelola madrasah. Pengembangan madrasah diupayakan dalam berbagai aspek, meliputi manajemen kurikulum, pemberdayaan minat dan bakat siswa, serta pendidikan teknologi informasi.
Dalam hal manajemen kurikulum, MTs Salafiyah mulai menghapus Sekolah Persiapan (SP) sebagai upaya menjawab permintaan masyarakat yang ingin putra-putrinya menjalankan masa belajar tingkat pertama sesuai standard. Hal ini tentu saja memiliki dampak yang kurang baik terhadap efektifitas pembelajaran kitab kuning karena banyak siswa yang belum pernah belajar kitab kuning harus langsung belajar kitab yang tingkatannnya belum sesuai dengan kompetensi mereka. Namun, ini bisa disiasati dengan pembagian kelas berdasarkan tingkat kompetensi siswa. Jadi, penerimaan siswa baru didahului dengan tes untuk penempatan kelas.
Dalam hal pemberdayaan minat dan bakat siswa, para siswa mendapatkan kesempatan yang luas untuk belajar dan menempa diri dengan berorganisasi. OSIS adalah wadah yang sangat representatif yang menjadi tempat bagi siswa untuk belajar ilmu kepemimpinan, bersosialisasi, berorganisasi, dan pengabdian masyarakat. Bahkan di bawah naungan OSIS juga ada tim majalah dinding sebagai wadah untuk belajar ilmu jurnalistik.
Selanjutnya, sebagai upaya merespon tantangan perkembangan era teknologi informasi dan komunikasi, MTs Salafiyah mulai membangun laboratorium komputer. Di sinilah tempat siswa belajar untuk selalu tanggap terhadap perkembangan arus teknologi informasi dan komunikasi.
Demikianlah MTs Salafiyah yang dari masa ke masa senantiasa membangun diri untuk berdedikasi membangun negeri. MTs Salafiyah senantiasa berupaya menjawab tantangan masyarakat dengan tetap istiqamah terhadap tradisi pendidikan salaf. Sebagai hasilnya, dapat dilihat bahwa MTs Salafiyah merupakan salah satu madrasah di wilayah Kabupaten Mojokerto yang paling diapresiasi oleh masyarakat.